Kualitas Shalat

May 10, 2008

Kolom Hikmah, Harian RepublikaSabtu, 10 Mei 2008

Kualitas Shalat

Oleh : Toha MT Lc

Kunci kesuksesan dan kebahagiaan sebenarnya terletak pada sejauh mana kemampuan kita dalam menyerap makna dari kejadian-kejadian dalam kehidupan ini untuk kemudian menjadikannya pelajaran. Selama manusia belum mampu mengambil dan menyerap makna dari kejadian-kejadian tersebut, manusia belum memiliki kejernihan pandangan dan ketajaman hati. Maka, ia tidak akan menemukan jalan yang membawanya pada kebahagiaan yang diinginkan.

Allah SWT berfirman, ”Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)-mu. Dan, Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS Alanfal [8]: 29). Ketajaman pandangan dan kejernihan nurani terkait erat dengan ketakwaan yang dimiliki. Orang yang selalu menjaga kesucian jiwanya dengan tidak mengotori hatinya dari segala bentuk penyakit hati, seperti dendam, egois, dengki, keras kepala, dan sebagainya, akan dapat melihat hakikat satu kejadian dan peristiwa tanpa tirai penghalang.

Kejernihan hati merupakan kunci aspirasi dan saklar penghubung hikmah di balik kejadian. Rasulullah SAW bersabda, ”Hati-hatilah kamu terhadap firasat seorang mukmin karena ia memandang dengan cahaya Allah.” (HR Turmudzi). Kualitas ketakwaan seseorang sesungguhnya terkait dengan kualitas shalat yang didirikannya. Selain sebagai sarana komunikasi antara makhluk dengan Sang Khalik, shalat juga merupakan satu bentuk ibadah yang mengandung partikel-pertikel khusus untuk mensterilkan hati dan jiwa dari kotoran-kotoran dan penyakit yang dapat merusak hati.

Allah SWT mengilustrasikan hal itu dalam firman-Nya, ”… Dan, dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan, sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan, Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Alankabut [29]: 45).

Rasulullah SAW bersabda, ”Apa pendapat kamu jika sebuah sungai berada di depan rumah salah seorang kalian, kemudian ia mandi sebanyak lima kali setiap harinya, apakah tersisa kotoran darinya?” Para sahabat menjawab, ”Tentu tidak tersisa sedikit pun kotoran.” Rasul bersabda, ”Demikianlah perumpamaan shalat. Ia berfungsi sebagai penggugur dosa dan kesalahan.” (HR Muttafaq Alaih)

Leave a comment